Wednesday, April 3, 2013

Sebuah Kisah Untuk Direnungkan (Kisah Nyata)

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi.
Sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah?
Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan seorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yg masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwaaku telah gagal, tidak dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anakku.

Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja
Aku harus segera berangkat ke kantor
Anakku masih tertidur
Ohhh… aku harus menyediakan makan untuknya

Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan
Setelah memberitahu anakku yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja

Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras
Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari
Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku
Aku langsung masuk ke kamar tidur dan melewatkan makan malam
Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat!
Aku membuka selimut dan di sanalah sumber 'masalah'nya…
Sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!

Oh…Tuhan!
Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anakku yang sedang gembira bermain dgn mainannya dgn pukulan-pukulan!
Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat…

"Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi… Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan… Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar… Maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie… Satu untuk ayah dan yang satu lagi untukku… Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang… Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dgn mainanku… Aku minta maaf Dad…"

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku
Tetapi, aku tak ingin anakku melihat ayahnya menangis
Maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangisku
Setelah beberapa lama, aku hampiri anakku, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur
Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie ditempat tidur.

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam…
Aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, aku mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya.
Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari TK…
Untungnya insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dgn bahagia

Namun, belum lama, aku sudah memukul anakku lagi,
Aku benar-benar menyesal

Guru TKnya memanggilku dan memberitahukan bahwa anakku absen dari sekolah
Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan
Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis sedang bermain komputer game dengan gembira
Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan
Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Dad…"

Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yg diadakan oleh sekolah, karena yang diundang adalah siswa dengan ibunya
Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak mempunyai ibu

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan
Anakku pulang ke rumah memberitahuku, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis
Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yg aku yakin, jika istriku masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat aku bangga juga!

Waktu berlalu dengan begitu cepat
Satu tahun telah terlewati. Saat ini musim dingin dan hari Natal telah tiba
Semangat Natal ada dimana-mana, termasuk juga di hati setiap orang yang lalu lalang…
Lagu-lagu natal terdengar diseluruh pelosok jalan…
Tapi astaga, anakku membuat masalah lagi!
Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja…
Tiba-tiba kantor pos menelpon
Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sdng sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus…

Mereka menelpon saya dgn marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat
Walaupun aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anakku lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi
Karena aku merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan…
Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf: "Maaf, Dad""...
Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu

Setelah itu aku pergi ke kantor pos untuk mengambil surat² tanpa alamat tersebut lalu pulang…
Sesampai di rumah, dgn marah aku mendorong anakku ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini?
Apa yg ada dikepalanya?

Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah "Surat-surat itu untuk mommy…".

Tiba-tiba mataku berkaca-kaca
Tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya, "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat pada waktu yg sama?"

Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu yg lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku… Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus…"

Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata…
Aku bingung tak tahu apa yg harus aku lakukan dan apa yg harus aku katakan…

Aku bilang pada anakku, "Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup dgn membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy…"
Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dgn nyenyak…
Aku berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi aku membawa surat-surat tersebut ke luar…
Tapi aku jadi penasaran untuk membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu…

Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hatiku hancur

Mommy sayang…
Aku sangat merindukanmu!
Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut
Tapi kamu tidak ada, jadi aku tidak ingin menghadirinya juga
Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi…

Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko…
Ayah keliling-keliling mencariku, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yg sebenarnya…

Mommy, setiap hari aku melihat ayah merindukanmu…
Setiap kali dia teringat padamu…
Dia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya…
Aku pikir kita berdua amat sangat merindukanmu…
Terlalu berat untuk kita berdua, aku rasa…
Tapi mom, aku mulai melupakan wajahmu…
Bisakah mommy muncul dalam mimpiku sehingga aku dapat melihat wajahmu dan mengingatmu?
Temanku bilang jika kau tertidur dengan photo orang yg kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu…
Tapi mommy, mengapa engkau tak pernah muncul?

Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti
Karena aku tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istriku…
Untuk para suami, yg telah dianugerahi seorang istri yg baik, yg penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima kasihlah setiap hari padanya…
Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu…

Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dgn segala kekurangan dan kelebihannya…
Karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan posisinya…